Selasa, 10 Mei 2011

KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang studi yang mendapat banyak perhatian dari ilmuwan, hal ini karena perannya yang amat penting dalam rangka meningkatkaN sumber daya manusia juga karena Pendidikan Agama Islam tedapat berbagai macam permasalahan. Berkenaan dengan itu, kami akak membahas tentang istilah pendidikan Islam dari sudut pandang bahasa dan istilah.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umunya mengacu pada term Al-Tarbiyah, Al-Ta’dib dan Al-Ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut yang populer adalah term Al-Tarbiyah, sedangkan Al-Ta’dib dan Al-Ta’lim jarang sekali digunakan, istilah manakah yang lebih relevan mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan Islam? Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga konsep pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dibeberapap pendapat para ahli pendidikan Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep ta’dib dan implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam?
2.      Bagaimana konsep ta’lim dan implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam?
3.      Bagaimana konsep tarbiyah dan implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Al-Ta’dib dan Implikasinya
Istilahta’dib, menurut kamus bahasa arab “al-Mu’jam Al-Wasith”, bias diterjemahkan dengan “Pelatihan atau Pembiasaan”, mempunyai kata dan makna sebagai berikut :
1.    Taidib berasal dari kata dasar “Adaba –ya’dubu”, yang berarti melatih untuk berperilaku yang baik dan sopan santun
2.    Ta’dib berasal dari kata “Adaba-ya’dibu”, yang berarti mengadakan pesta atau penjamuanyang berarti berbuat dan berperilaku sopan.
3.    Kata “Addaba” sebagai bentuk kata kerja ta’dib mengandung pengertian mendidik, melatih memperbaiki, mendisiplin dan member tindakan.[1]
Sedangkan secara terminology menurut Al-Atas Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan  yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu didalam tatanan wujud, sehingga hal ini membimbing kea rah pengenalan dan pengakuan Tuhan didalam tatanan wujud tersebut.[2]
Menurut Muhammad Al-Naquib Al-Attas yang lebih relevan dalam konteks pendidikan Islam adalah Al-Ta’dib, bukan Al-Tarbiyah dan bukan pula Al-Ta’lim, karena mendasarkan dari hadits Rosulullah S.A.W, Riwayat Ibnu Mas’ud :
اان هذا القران مأديةالله فى الارض فتعلموا من مأ دبته
Artinya :
Sesungguhnya Al-Qur’an adalah hidangan allah bagi manusia di atas bumi, maka barang siapa yang mempelajarinya, berarti ia belajar dari hidangannya.” (H.R Ibn Masud)

Dalam artinya yang asli dan mendasar “adaba” berarti “the inviting to a banquest”(undangan kepada suatu pinjaman). Gagasan tentang suatu perjamuan menyiratkan bahwa situan rumah adalah seorang yang mulia, hadirin adalah yang diperkirakan pantas mendapatkan penghormatan  untuk di undang. Oleh karena itu, mereka adalah orang-orang yang bermutu, berpendidikan dan diperkirakan bias menyesuaikan diri, baik tingkah laku maupun keadaannya.[3]
Dari penjelasan di atas, maka penggunaan kata Tarbiyah untuk arti pendidikan sangat ditentang oleh Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya berjudul konsep pendidikan dalam Islam, lebih lanjut diungkapkan bahwa penggunaan itulah Al-Tarbiyah terlalu luas untuyk mengungkap hakikat dan operasionalisasi pendidikan Islam. Sebab kata Al-Tarbiyah memiliki arti pengasuhan, pemeliharaan dan kasih saying tidak hanya dignakan untuk manusia, akan tetapi juga digunakan untuk melatih dan memelihara binatang atau makhluk Allah lainnya. Oleh karenanya penggunaan istilah Al-Tarbiyah tidak memiliki akar yang kuat dalam khasanah bahasa Arab. Timbulnya istilah ini dalam dunia Islam merupakan terjemahan dari bahasa latin “educatio  atau bahasa Inggris “education”, kedua kata tersebut dalam batan pendidikan Barat lebih banyak menekankan pada aspek pisik dan material. Sementara pendidikan Islam, penekannya tidak hanya aspek tersebut, akan tetapi juga pada aspek psikis dan immaterial. Dengan demikian istilah Al-Ta’dib merupakan term yang paling tepat dalam khazanah bahasa Arab karena mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran dan pengasuhan yang baik sehingga makna Al-Tarbiyah dan Al-Ta’lim sudah tercakum dalam term Al-Ta’dib.[4]
Kendatipun demikian, mayoritas ahli kependidikan Islam tampaknya lebh setuju megembangkan istilah tarbiyah (education) dalam merumuskan dan menyusun konsep pendidikan Islam dibandingkan istilah ta’lim dan ta’dib, mengingat cakupannya lebi luas dan istilah tarbiyah sekaligus memuat makna dan maksud yang dikandung istilah ta’lim dan ta’dib. Disamping itu juga karena alasan historis, dimana istilah yang dikembangkan sepanjang sejarah, terutama dinegara-negara yang berbahasa arab bahkan juga di Indonesia ternyata istilah tarbiyah, menyusul kemudian istilah ta’lim  dan jarang sekali istilah ta’dib dipergunakan.[5] Walaupun begitu menurut al-Attas  konsep pendidikan dalam Islam yang paling tepat adalah Al-Ta’dib karena al-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama, sopan asntun, adab dan semacamnya atau akhlak yang terpuji yang hanya terdapat dalam istilah al-ta’dib.
Konsekuensi bila tidak dipakainya atau tidak dikembangkannya istilah ta;dib dalam konsep dan aktivitas pendidikan Islam menurut al-Attas akan berpengaruh pada tiga hal penting, Pertama, kebiasaan dan kesalahan dalam ilmu pengetahuan. Kedua, hilangnya adab dalam umat. Ketiga, bangkitnya pemimpin yang tidak memenuhi standar moral, intelektual, dan spiritual yang tinggi.[6] Jadi implikasi dari konsep ta’dib ini lebih ditekankan pada aspek afektif/ Khuluqiyah, yang mana pendidikan Islam mengacu pada jiwa seperti pembinaan tata krtama, sopan santun, adab atau akhlak yang terpuji.

B.     Konsep Al-Ta’lim dan Implikasinya
Istilah lain dari pendidikan adalah Ta’lim, merupakan masdar dari kata ‘allama  yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.[7] Ta’lim secara harfiah artinya memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang belum tahu. Dalam perbendaharaan bahasa Arab modern, kata ta’lim dipergunakan dalam pengertian pengajaran.[8]
Menurut Dr. Abdul Fattah Jalal, istilah ta’lim lebih relevan dalam konteks pendidikan Islam. Hal ini berdasarkan pada firman Allah SWT :
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3øn=tæ $oYÏG»tƒ#uä öNà6ŠÏj.tãƒur ãNà6ßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ
Artinya : “Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.(Q.S Al-Baqarah : 151)
$uZ­/u ô]yèö/$#ur öNÎgÏù Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Gtƒ öNÍköŽn=tæ y7ÏG»tƒ#uä ÞOßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur öNÍkŽÏj.tãƒur 4 y7¨RÎ) |MRr& âƒÍyèø9$# ÞOŠÅ3ysø9$# ÇÊËÒÈ
Artinya : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”Q.S Al-Baqarah : 129)

Islam seperi dicerminkan dalam ayat 151 dan 129 surat Al-Baqarah diatas memandang proses ta’lim lebih universal daripada tarbiyah, sebab katika mengajarkan tilawah Al- Qur’an kepada kaum muslimin, Rosulullah SAW tidak sekedar terbatas pada mengajar mereka membaca, melainkan membaca disertai dengan perenungan tentang pengertian, pemahaman, tanggung jab, dan penanaman amanah. Dari membaca, Rosulullah SAW kemudian membawa mereka kepada tazkiyah yakni mensucikan dan membersihkan diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan dapatmenerima al-himah, serta mempelajari segala yang tidak diketahui dan bermanfaat baginya. Kata al-Hikmah berasal dari Al ihkam, yang berarti kesanggupan didalam ilmu, amal, perkataan atau didalam kesemuanya itu.[9]
Jadi, berdasarkan analisis diatas itu Jalal menyimpulkan bahw menurut al-Qur’an ta’lim lebih luas dari tarbiyah, selanjutnya Jalal menjelaskan bahasa ta’lim tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah, akan tetapi mencakup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan, perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berperilaku.
Penunjuk kata ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT :
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ